Powered By Blogger

Minggu, 12 September 2010

LOMBA MAPSI SD KE-15 DAN SANTUNAN ANAK YATIM PIATU TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH DI KABUPATEN JEPARA

Pengurus Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG-PAI) Provinsi Jawa Tengah selaku Panitia Penyelenggara Lomba Mata Pelajaran dan Seni Islami (MAPSI) Sekolah Dasar Ke-15 serta Santunan Anak Yatim Piatu Tingkat Provinsi Jawa Tengah, dijadwalkan akan digelar pada tanggal 12 - 14  Oktober 2012 di Pendopo Kabupaten Jepara dan sekitarnya.
Bila pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan ini memperlombakan untuk peserta didik SD dan Pendidik yakni Guru PAI SD, maka tahun ini lomba untuk Guru PAI SD pelaksanaannya terpisah. Awal Juli 2012 di Asrama Haji Donohudan telah digelar Lomba Guru PAI SD Tingkat Provinsi Jawa Tengah, dengan kegiatan meliputi:
1. Lomba Cipta Alat Peraga Pendidikan Agama Islam
2. Lomba Micro Teaching dan Lesson Study
Pembagian hadiah akan diserahkan bersamaan Lomba MAPSI SD Ke-15 tahun ini di Jepara.

Kegiatan Lomba MAPSI SD Ke-15 kali ini selain pelaksanaan lomba, maka akan dilaksanakan pula program yang pertama kali berupa "SANTUNAN ANAK YATIM PIATU TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH.
Bagi bapak/ibu/saudara/i yang ingin ikut menyerahkan dana Santunan, dapat menghubungi Panitia Penyelenggara. 

Senin, 06 September 2010

AKIBAT MENGOLOK-OLOK TEMAN

AKIBAT MENGOLOK-OLOK TEMAN


1. Pendahuluan
Nama dregil punya teman akrab bernama Yazis. Dregil kelas 4 SD Sukarasa.
Di sekolah dia sekelas dengan Agustina putra Ketua Komite Sekolah di SD Sukarasa. Guru kelas 4 bernama Ibu Juwariyah kebetulan sedang cuti hamil sehingga selama beberapa bukan absen tidak mengajar. Selama cuti hamil, dia digantikan oleh ibu guru wiyata bakti bernama Jasminah. Kepala sekolah bernama Slamet. Orangnya ...............

2. Inti Cerita
Suatu hari dregil dan Yazir melihat Sirkus di Alun-alun kota. Keduanya tertarik dengan berbagai atraksi yang digelar di dekat sekolahnya itu.
Ada gajah, harimau, singa, monyet dan bermacam-macam penampilan sirkus dari anak-anak seusia SMP hingga dewasa. Mereka tampil sangat mempesona para pengunjung yang masuk dengan membeli tiket. Si Dregil ini maklum anaknya orang miskin, maka tidak dapat masuk melihat atraksi berbagai jenis hewan dan keterampilan manusia. Dia hanya melihat di belakang pentas di luar pagar pembatas. Walau demikian, Dregil dapat melihat sepintas kilas kebolehan pemain sirkus dan kelihaian beberapa hewan menampilkan kebolehannya. Dregil melihat kesempatan itu ketika sebagian tendanya mulai ada yang dibongkar sehingga terlihat sebagian permainan yang sedang menampilkan kebolehannya. Dregil dan beberapa orang lainnya tentu sangat gembira menyaksikan permainan gratis yang selama ini tidak mungkin dapat dilihatnya, karena ketidakmampuan orang tua seandainya dimintai uang untuk biaya melihat sirkus.
Pulang dari melihat sirkus, Dregil dan Yazir berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing. Berbagai pengalaman yang dilihat oleh Dregil senantiasa membayangi pikirannya.

Suatu hari Yazir pergi menggembala kambing di pekuburan umum dan sawah ladang di sekitarnya. Begitu pula Dregil menggembalakan kambingnya di tempat yang sama. Maklum tanah pekuburannya luas dan ditumbuhi rumput yang dapat menjadi santapan kambing kesayangannya. Kambing inilah yang menjadi hiburan Dregil dan kakaknya yang bernama Toni sepulang dari sekolah.
Omong-omong dengan menggembala kambing, Dregil ingat cerita guru agama di sekolah bahwa Nabi Muhammad SAW diwaktu kecil menggembala kambing. Timbul dalam benak pikiran Dregil ternyata menggembala kambing pekerjaan yang mulia karena calon nabi saja menggembala kambing, apalagi dirinya yang hanya putra dari pedagang kecil. Timbulah rasa berbangga hati dalam dirinya.

Suatu hari, Yazir bercerita melihat orangtuanya Agustina pergi berziarah ke pekuburan tempat Yazir menambatkan kambingnya. Yazir bersama temannya bernama Tabri menyaksikan suatu kejanggalan. Ayahnya Agustina yang bernama Musti mengenakan pakaian kaos lorek-lorek mirip dengan kaos yang dipakaikan monyet atau gorila di sirkus beberapa hari yang lalu. Kontan saja timbul akal nakalnya dari kedua anak ini. Kejadian aneh menurut keduanya itu diceritakanlah dengan teman-temannya di sekolah, termasuk Dregil dapat bocoran dari kisah yang aneh ini. Kontan saja gegerlah pada jam istirahat. Agustina dipoyoki (diolok-olok) anaknya orang utan. Agustina anaknya orang utan..... Agustina anaknya orang utan...... Agustina anaknya orang utan, teman-teman sekelas Agustina selalu mengumandangkan celotehan itu dengan suka cita dan ejekan yang menyakitkan hati Agustina tentunya.. Namun dasar anak, pikirannya belum seperti orang tua, mereka dengan riang gembira selalu mengolok-olok hingga beberapa hari. Setelah lebih dari satu minggu, olok-olokpun berhenti dan kembali seperti biasa. Begitu pula Sirkus di kota Dregil sudah lama berhenti dan berpindah ke kota lain.
Tiba-tiba satu minggu berikutnya gemparlah. Dregil sedang enak-enaknya bermain di dahan pohon Beringin di alun-alun Kota di dekat sekolahnya, tentu saja bersama teman-temannya. Tiba-tiba datang teman dari kakak kelasnya menyampaikan berita agar Dregil segera kembali ke sekolah karena dipanggil Kepala Sekolah. Dengan berbagai tanda tanya, ada apa ya... aku dipanggil Pak Kepala Sekolah? Dregil bergegas kembali ke sekolah diliputi tanda tanya dan perasaan tidak menentu. Sampai di sekolah, Dregil sudah disambut Ibu Jasminah dan Bapak Slamet di depan pintu Kantor Kepala Sekolah. Dregil ayo masuk ke ruang kantor. Spontan saja Dregil keder, ketakutan, dan was-was karena melihat roman muka Kepala Sekolah menunjukkan tidak bersahabat alias marah.

Bapak Slamet mulai menginterogasi Dregil, setelah keduanya duduk di ruang tamu dalam Kantor Kepala Sekolah. Dregil, begitu kata Pak Slamet, kamu mengatakan apa dengan Agustina? Dregil menjawab apa adanya, dengan balik bertanya, yang kukatakan kepada Agustina yang baik-baik pak, memang apa salah saya dengan Agustina? Pak Slamet mengatakan bahwa orang tua Agustina mengirim surat yang intinya selalu diolok-olok oleh Dregil dengan menyamakan anaknya orang utan, tentu saja bapaknya marah. Akhirnya Dregil ingat bahwa beberapa hari yang lalu pernah teman-teman sekelasnya termasuk dirinya mendapatkan cerita dari Yazir dan Tabri sehingga teman sekelasnya mengolok-olok Agustina. Namun nasib buruk menimpa diri Dregil karena ternyata yang terngiang dalam telinga Agustina hanya Dregil sebagai biang keladi dari olok-olok yang dilakukan teman-teman terhadap dirinya. Akhirnya Agustina wadul (mengadu) kepada orang tua sehingga muncullah surat kepada Kepala Sekolah. Mendadak dalam diri Dregil timbul rasa benci terhadap Agustina karena telah semena-mena menuduh dirinya tanpa alasan yang benar. Dregil mengakui bahwa dirinya memang melakukan olok-olok terhadap Agustina, tetapi sama pula dengan teman-teman lainnya. Namun mengapa aku dikatakan sebagai biang keladinya? Jelas ini tidak adil dan tidak benar. Begitulah gejolak hati dan pikiran Dregil menanggapi kabar berita yang disampaikan Kepala Sekolah. Tiba-tiba Dregil terhenyak dari lamunannya, setelah mendapatkan pertanyaan dari Pak Slamet. Dregil, kamu mengakui telah melakukan olok-olokan sebagaimana yang tertulis dalam surat ini? Dengan ketakutan, Dregil menjawab : Ya pak tapi bukan saya saja, teman-teman satu kelas juga mengolok-oloknya, bahkan sumber berita olok-olokan berasal dari Yazir. Akhirnya Yazir dipanggil ke Kantor Kepala Sekolah. Keduanya dimarahi oleh Kepala Sekolah dan di sebelahnya ibu Jasminah sambil meneteskan air mata menyesali perbuatan keduanya itu. Ibu Jasminah bertanya: Mengapa kamu lakukan mengolok-olok Agustin dengan anaknya orang utan? Sungguh keterlaluan kamu, dan itu perbuatan sangat buruk yang kamu lakukan.

3. Penutup
Akhirnya Dregil dan Yazir meminta maaf kepada Agustina dan ortunya. Keduanya berjanji tidak akan mengulangi lagi mengolok-olok. Allah melarang umat-Nya suka mengolok-olok orang lain.


27 Ramadan 1431 H (6 September 2010)